Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian (A)
Fakultas : Pertanian
Tugas
Kimia Dasar
1.
Cara Menentukan Kandungan Protein
Dalam Produk Pertanian
. - Metode pengikatan zat warna : yaitu penetapan protein
secara tidak langsungdengan menggunakan zat warna berupa Amido black dan Orange
G. Prinsip penetapan proteinnya berdasarkan muatan ion berlawanan mengikat zat
warna dan membentuk kompleks tidak larut. Kompleks tidak larit ini dipisahkan
dengan sentrifus atau penyaringan. Semakin rendah intensitas warna pada
supernatan maka semakin banyak zat warna yang terikat pada protein dan semakin
tinggi kandungan protein dala contoh.
-
Metode Formol : Larutan protein dinetralkan dengan basa
(NaOH) lalu ditambahkan dengan formalin akan membentuk dimethilol. Dengan
terbentuknya dimethilol ini berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan
mempengaruhi reaksi antara asam dengan basa NaOH sehingga hasil titrasi dapat
diakhiri dengan tepat
- Metode
LOWRY : digunakan untuk mengukur protein terlarut . reaksi antara Cu2+ dengan
ikatan peptida dan reduksi asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat oleh
tirosin dan triptophan yang terdapat dalam protein akan menghasilkan warna
biru. Menggunakan pereaksi fenol, follin, lowry, folin-ciocalteau yaitu
pereaksi kompleks yang berisi fosfomolibdta dan fosfotungstat.
- Metode KJELDHAL : digunakan untuk
mengukur protein pada bahan padat / protein kasar . Berdasarkan pada pengukuran
kadar nitrogen dalam smpel. Kandungan protein dapat dihitung engan
mengkonsumsikan rasio tertentu antara protein terhadap nitrogen untuk contoh
yang dianalisis. Kelemahan metode ini yaitu yang diukur tidak hanya protein
saja tapi bahan bahan non protein juda ikut terukur.
-
Metode BIURET : digunakan untuk
pengukuran protein terlarut. Didasarkan pada prinsip bahwa senyawa yang
mengandung dua atau lebih ikatan peptida dapat membentuk kompleks berwarna biru
ungu dengan garam Cu pada larutan alkali. Prinnsip penetapan protein yaitu
ikatan peptida dari protein akan bereaksi dengan ion Cu2+ membentuk kompleks
berwarna ungu. Intensitas warna ungu bebrbanding langsung dengan protein.
2.
Perkembangan teknologi yang memanfaatkan asam nukleat untuk bidang ilmu
pertanian
Pada dasarnya
rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan ketahanan
pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya
penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi
pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh melampaui
produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas
gizi serta daya simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara
ekonomi memberikan keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak positif yang
sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan produk pangan hasil rekayasa
genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.
Aplikasi
teknologi DNA rekombinan di bidang pertanian berkembang pesat dengan
dimungkinkannya transfer gen asing ke dalam tanaman dengan bantuan bakteri Agrobacterium
tumefaciens. Melalui cara ini telah berhasil diperoleh sejumlah tanaman
transgenik seperti tomat dan tembakau dengan sifat-sifat yang diinginkan,
misalnya perlambatan kematangan buah dan resistensi terhadap hama dan penyakit
tertentu.
1.
Pemuliaan Tanaman
Pada dasarnya
prinsip pemuliaan tanaman, baik yang modern melalui penyinaran untuk
menghasilkan mutasi maupun pemuliaan tradisional sejak zaman Mendel, adalah
sama, yakni pertukaran materi genetik. Baik seleksi tanaman secara konvensional
maupun rekayasa genetika, keduanya memanipulasi struktur genetika tanaman untuk
mendapatkan kombinasi sifat keturunan (unggul) yang diinginkan.
Bedanya, pada
zaman Mendel, kode genetik belum terungkap. Proses pemuliaan dilakukan dengan
“mata tertutup” sehingga sifat-sifat yang tidak diinginkan kembali bermunculan
di samping sifat yang diharapkan. Cara konvensional tidak mempunyai ketelitian
pemindahan gen. Sedangkan pada new biotechnology pemindahan gen dapat
dilakukan lebih presisi dengan bantuan bakteri, khususnya sekarang dengan
dikembangkannya metode-metode DNA rekombinan.
2.
Varietas baru
Apa yang ingin
dilakukan oleh para ahli genetika ialah memasukkan gen-gen spesifik tunggal ke
dalam varietas-varietas tanaman yang bermanfaat. Hal ini akan meliputi dua
langkah pokok. Pertama, memperoleh gen-gen tertentu dalam bentuk murni dan
dalam jumlah yang berguna. Kedua, menciptakan cara-cara untuk memasukkan
gen-gen tersebut ke kromosom-kromosom tanaman, sehingga mereka dapat berfungsi.
Langkah yang
pertama bukan lagi menjadi masalah. Dengan teknik DNA rekombinan sekarang, ada
kemungkinan untuk menumbuhkan setiap segmen dari setiap DNA pada bakteri. Tidak
mudah untuk mengidentifikasi segmen khusus yang bersangkutan di antara koleksi
klon. Khususnya untuk mengidentifikasi segmen tertentu yang bersangkutan di
antara koleksi klon, apalagi untuk mengidentifikasi gen-gen yang berpengaruh
pada sifat-sifat seperti hasil produksi tanaman.
Langkah kedua,
memasukkan kembali gen-gen klon ke dalam tanaman juga bukan sesuatu yang mudah.
Peneliti menggunakan bakteri Agrobacterium yang dapat menginfeksi
tumbuhan dengan lengkungan kecil DNA yang disebut plasmid Ti yang kemudian
menempatkan diri sendiri ke dalam kromosom tumbuhan. Agrobacterium
merupakan vektor yang siap pakai. Tambahkan saja beberapa gen ke plasmid,
oleskan pada sehelai daun, tunggu sampai infeksi terjadi, setelah itu tumbuhkan
sebuah tumbuhan baru dari sel-sel daun tadi. Selanjutnya tumbuhan itu akan
mewariskan gen baru kepada benih-benihnya.
Rekayasa
genetika pada tanaman tumbuh lebih cepat dibandingkan dunia kedokteran. Alasan
pertama karena tumbuhan mempunyai sifat totipotensi (setiap potongan organ
tumbuhan dapat menjadi tumbuhan yang sempurna). Hal ini tidak dapat terjadi pada
hewan, kita tidak dapat menumbuhkan seekor tikus dari potongan kepala atau
ekornya. Alasan kedua karena petani merupakan potensi besar bagi
varietas-varietas baru yang lebih unggul, sehingga mengundang para pebisnis
untuk masuk ke area ini.
3.
Aplikasi Teknologi DNA rekombinan untuk bidang pertanian
- Semangka tanpa biji
- Padi tahan wereng
- Mengganti
pemakaian pupuk nitrogen yang banyak dipergunakan tapi mahal harganya, oleh fiksasi nitrogen
secara alamiah. Bakteri tanah Rhizobium sp dapat mengadakan infeksi ke
dalam akar dari tanaman family Leguminosae. Infeksi ini menghasilkan
bintil akar dan bakteri yang terdapat di dalamnya dapat mengikat zat lemas
bebas dari udara untuk di ubahnya menjadi nitrogen yang dapat diambil dan
digunakan oleh tanaman tersebut
- Teknik rekayasa genetika mengusahakan
tanaman-tanaman (terutama yang mempunyai arti ekonomi) yang tidak begitu
pekah terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan cacing.
Nama : Cynthia
NPM : 1514051018
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian (A)
Fakultas : Pertanian
Tugas
Kimia Dasar
1.
Cara Menentukan Kandungan Protein
Dalam Produk Pertanian
. - Metode pengikatan zat warna : yaitu penetapan protein
secara tidak langsungdengan menggunakan zat warna berupa Amido black dan Orange
G. Prinsip penetapan proteinnya berdasarkan muatan ion berlawanan mengikat zat
warna dan membentuk kompleks tidak larut. Kompleks tidak larit ini dipisahkan
dengan sentrifus atau penyaringan. Semakin rendah intensitas warna pada
supernatan maka semakin banyak zat warna yang terikat pada protein dan semakin
tinggi kandungan protein dala contoh.
-
Metode Formol : Larutan protein dinetralkan dengan basa
(NaOH) lalu ditambahkan dengan formalin akan membentuk dimethilol. Dengan
terbentuknya dimethilol ini berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan
mempengaruhi reaksi antara asam dengan basa NaOH sehingga hasil titrasi dapat
diakhiri dengan tepat
- Metode
LOWRY : digunakan untuk mengukur protein terlarut . reaksi antara Cu2+ dengan
ikatan peptida dan reduksi asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat oleh
tirosin dan triptophan yang terdapat dalam protein akan menghasilkan warna
biru. Menggunakan pereaksi fenol, follin, lowry, folin-ciocalteau yaitu
pereaksi kompleks yang berisi fosfomolibdta dan fosfotungstat.
- Metode KJELDHAL : digunakan untuk
mengukur protein pada bahan padat / protein kasar . Berdasarkan pada pengukuran
kadar nitrogen dalam smpel. Kandungan protein dapat dihitung engan
mengkonsumsikan rasio tertentu antara protein terhadap nitrogen untuk contoh
yang dianalisis. Kelemahan metode ini yaitu yang diukur tidak hanya protein
saja tapi bahan bahan non protein juda ikut terukur.
-
Metode BIURET : digunakan untuk
pengukuran protein terlarut. Didasarkan pada prinsip bahwa senyawa yang
mengandung dua atau lebih ikatan peptida dapat membentuk kompleks berwarna biru
ungu dengan garam Cu pada larutan alkali. Prinnsip penetapan protein yaitu
ikatan peptida dari protein akan bereaksi dengan ion Cu2+ membentuk kompleks
berwarna ungu. Intensitas warna ungu bebrbanding langsung dengan protein.
2.
Perkembangan teknologi yang memanfaatkan asam nukleat untuk bidang ilmu
pertanian
Pada dasarnya
rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan ketahanan
pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya
penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi
pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh melampaui
produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas
gizi serta daya simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara
ekonomi memberikan keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak positif yang
sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan produk pangan hasil rekayasa
genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.
Aplikasi
teknologi DNA rekombinan di bidang pertanian berkembang pesat dengan
dimungkinkannya transfer gen asing ke dalam tanaman dengan bantuan bakteri Agrobacterium
tumefaciens. Melalui cara ini telah berhasil diperoleh sejumlah tanaman
transgenik seperti tomat dan tembakau dengan sifat-sifat yang diinginkan,
misalnya perlambatan kematangan buah dan resistensi terhadap hama dan penyakit
tertentu.
1.
Pemuliaan Tanaman
Pada dasarnya
prinsip pemuliaan tanaman, baik yang modern melalui penyinaran untuk
menghasilkan mutasi maupun pemuliaan tradisional sejak zaman Mendel, adalah
sama, yakni pertukaran materi genetik. Baik seleksi tanaman secara konvensional
maupun rekayasa genetika, keduanya memanipulasi struktur genetika tanaman untuk
mendapatkan kombinasi sifat keturunan (unggul) yang diinginkan.
Bedanya, pada
zaman Mendel, kode genetik belum terungkap. Proses pemuliaan dilakukan dengan
“mata tertutup” sehingga sifat-sifat yang tidak diinginkan kembali bermunculan
di samping sifat yang diharapkan. Cara konvensional tidak mempunyai ketelitian
pemindahan gen. Sedangkan pada new biotechnology pemindahan gen dapat
dilakukan lebih presisi dengan bantuan bakteri, khususnya sekarang dengan
dikembangkannya metode-metode DNA rekombinan.
2.
Varietas baru
Apa yang ingin
dilakukan oleh para ahli genetika ialah memasukkan gen-gen spesifik tunggal ke
dalam varietas-varietas tanaman yang bermanfaat. Hal ini akan meliputi dua
langkah pokok. Pertama, memperoleh gen-gen tertentu dalam bentuk murni dan
dalam jumlah yang berguna. Kedua, menciptakan cara-cara untuk memasukkan
gen-gen tersebut ke kromosom-kromosom tanaman, sehingga mereka dapat berfungsi.
Langkah yang
pertama bukan lagi menjadi masalah. Dengan teknik DNA rekombinan sekarang, ada
kemungkinan untuk menumbuhkan setiap segmen dari setiap DNA pada bakteri. Tidak
mudah untuk mengidentifikasi segmen khusus yang bersangkutan di antara koleksi
klon. Khususnya untuk mengidentifikasi segmen tertentu yang bersangkutan di
antara koleksi klon, apalagi untuk mengidentifikasi gen-gen yang berpengaruh
pada sifat-sifat seperti hasil produksi tanaman.
Langkah kedua,
memasukkan kembali gen-gen klon ke dalam tanaman juga bukan sesuatu yang mudah.
Peneliti menggunakan bakteri Agrobacterium yang dapat menginfeksi
tumbuhan dengan lengkungan kecil DNA yang disebut plasmid Ti yang kemudian
menempatkan diri sendiri ke dalam kromosom tumbuhan. Agrobacterium
merupakan vektor yang siap pakai. Tambahkan saja beberapa gen ke plasmid,
oleskan pada sehelai daun, tunggu sampai infeksi terjadi, setelah itu tumbuhkan
sebuah tumbuhan baru dari sel-sel daun tadi. Selanjutnya tumbuhan itu akan
mewariskan gen baru kepada benih-benihnya.
Rekayasa
genetika pada tanaman tumbuh lebih cepat dibandingkan dunia kedokteran. Alasan
pertama karena tumbuhan mempunyai sifat totipotensi (setiap potongan organ
tumbuhan dapat menjadi tumbuhan yang sempurna). Hal ini tidak dapat terjadi pada
hewan, kita tidak dapat menumbuhkan seekor tikus dari potongan kepala atau
ekornya. Alasan kedua karena petani merupakan potensi besar bagi
varietas-varietas baru yang lebih unggul, sehingga mengundang para pebisnis
untuk masuk ke area ini.
3.
Aplikasi Teknologi DNA rekombinan untuk bidang pertanian
- Semangka tanpa biji
- Padi tahan wereng
- Mengganti
pemakaian pupuk nitrogen yang banyak dipergunakan tapi mahal harganya, oleh fiksasi nitrogen
secara alamiah. Bakteri tanah Rhizobium sp dapat mengadakan infeksi ke
dalam akar dari tanaman family Leguminosae. Infeksi ini menghasilkan
bintil akar dan bakteri yang terdapat di dalamnya dapat mengikat zat lemas
bebas dari udara untuk di ubahnya menjadi nitrogen yang dapat diambil dan
digunakan oleh tanaman tersebut
- Teknik rekayasa genetika mengusahakan
tanaman-tanaman (terutama yang mempunyai arti ekonomi) yang tidak begitu
pekah terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan cacing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar